MAKAM HAJI A.MUHAMMAD DI KOHONDAO
5 KALI KUTIF BARU BISA DITEMBUS LENSA
OLEH : ALI HABIU *)
Data
epistemologis dari hasil wawancara dialog metafisis dengan arwah
seorang haji asal persia yang cukup berpengaruh di kalangannya pada masa
itu bernama Haji A. Muhammad pada
hari Kamis tanggal 18 Maret 2010 bertempat tidak jauh dari makamnya di
tempat pemandian Kohondao desa Woru Liya Togo kepulauan wangi-wangi,
kabupaten wakatobi, provinsi Sulawesi Tenggara; mengatakan bahwa
bangunan mesjid di Togo Lamantanari dibangun oleh serombongan saudagar
berjumlah 18 orang asal persia yang terdampar di pulau Wangi-Wangi pada
tahun 1234 Masehi.
Para
saudagar ini tanpa disengaja terdampar di pulau wangi-wangi tepatnya di
Lamantanari akibat dari kapal dagang yang mereka tumpangi dari Persia
hendak menuju Filiphina melalui selat Malaka dan selat Jawa menabrak
karang di laut jawa dan kapal tersebut menjadi pecah. Demikian kisah
haji A.Muhammad salah seorang pimpinan saudagar tersebut menkisahkan
kepada penulis setelah penulis mengunjungi Kuburannya yang terdapat
dalam gua yang tembus kedua belah mulutnya dimana kuburan tersebut tak
dapat di set atau direkam oleh lensa foto digital yang dibawah oleh
penulis ketika beberapa kali memotretnya (lihat gambar).
Berdasarkan artikel yang ditulis oleh sejarawan Yulianto Sumalyo,
dalam paragraph Warisan Budaya Muslim di Nusanatara, mengatakan bahwa
islam masuk pertama kali di Indonesia di mulai dari Aceh sekitar Abad
XIII, kemudian dari sini mulai Abad ke XIV disebarkan ke pulau-pulau
besar lainya seperti Jawa, Sulawesi, Maluku dan Kalimantan. Pada
konteksi ini bisa dikatakan bahwa mulai Abad ke XIII di bangun mesjid di
Aceh, meskipun hingga saat ini tidak lagi diketemukan bangunan
arsitektur mesjid tertua tradisional di negeri tersebut, kecuali hanya
satu-satunya yang masih ada terdapat bangunan mesjid dengan
mempertahankan arsitektural tradisional yakni Mesjid Tua Wapauwe, desa
Hila di pulau Ambon dibangun tahun 1414 Masehi Sampai dengan tahun
1980-an di sekitar makam H.A. Muhammad di
pemadian Kohondao Liya Togo sering terdengan kumandan azan magrib Isya
dan subuh termasuk Kisah ini diceritakan oleh Haji.A.Muhammad kepada
Ketua Umum Forkom KabaLi Indonesia ketika baru saja memberikan doa
tahlil dihadapan makam haji tersebut yang terdapat di permandian
Kohondao Liya. Dalam kisahnya yang amat menyedihkan itu, melalui
dialogis metafisis kepada penulis, Haji A.Muhammad
menceritakan penderitaannya luar biasa ketika dalam perjalanan mereka
membawa kapal layar dengan awak kapal terdiri dari para saudagar
pedagang rempah-rempah antara asia melewati selat Malaka menuju laut
jawa dengan tujuan Filiphina tak disangka setelah melewati laut Jawa
kapal mereka terdampar oleh karang laut akibat gelombang. Pada saat
kapal mereka kandas oleh karang laut di selat jawa tersebut tak lama
kemudian kapal layar yang ditumpanginya yang terbuat dari ramuan kayu
pecah dan akhirnya merekapun berusaha menyelamatkan diri masing-masing
dengan memegang bingkai kapal mereka yang telah pecah tersebut. Pada
saat kapal pecah maka Haji A.Muhammad sebagai juragan mengomandoi anak
buahnya yang saat itu berjumlah 19 orang untuk mengambil apa saja barang
berharga yang bisa diselamatkan termasuk persediaan makanan.
Dalam
perjalanan dan perjuangan di laut untuk mempertahanan hidup
dilakukannya dengan pasrah dan tawakkal kepada Allah SWT dan dalam
perjalanan berminggu-minggu akhirnya mereka terdampar di pantai antara
Liya-Simpora dan pulau Karamah dan tempat itu mereka namai Lamantanari.
Belum jelas apa arti Lamantanari dalam bahasa persia namun setelah
mereka terdampar yang selamat sisa 18 orang dimana orang lainnya tewas
di laut. Setelah meraka terdampar di Togo Lamantanari
yakni dipesisir pantai sebelah selatan pulau Wangi-Wangi merekapun
kehabisan bahan makanan dan tidak memiliki perangkat alat-alat seperti
parang, pisau, gergaji, linggis sehingga muncullah persoalan baru dalam
upaya mempertahankan hidup dan mencari makanan untuk mengisi perut yang
sudah sekian hari lapar akibat dihempas oleh gelombang di laut itu. Maka
dengan keyakinan dan daya kesaktian yang dimiliki yang medapat ridho
Allah SWT merekapun mendapat petunjuk dalam hati untuk mencari ular di
pulau tersebut dan buah apa saja yang bisa dimakan untuk mempertahankan
hidup mereka.
Pada
saat mereka tiba terdampar di pantai selatan pulau Wangi-Wangi tersebut
mereka sejumlah 18 orang bermukim di bawah pepohonan rindang sambil
mencari jalan dan cara bagaimana mereka bisa tinggal menetap secara aman
mengingat di daerah ini tak ada satupun manusia yang mendiaminya.
Alhasil mereka mendapatkan sebuah gua dengan pintu berbentuk pipih
dimana di dalamnya cukup luas dan rata maka dijadikanlah tempat ini
sebagai tempat pemukiman atau rumah mereka. Gua tersebut tepatnya
terdapat di daerah tengah pemandian Kohondao yang mana saat ini bisa
dijumpai artifak berupa meja terbuat dari batu, piring terbiuat dari
batu, gelas terbuat dari batu, lesung, bantal dan alat-alat dapur
lainnya masing-masing terbuat dari batu. Dan mengingat bahwa mereka
berjumlah 18 orang tersebut adalah semuanya muslim maka pada tahun 1236 mereka mulai membangun mesjid di Togo Lamantanari dengan ukuran Mesjid lebih kurang 8 m x 8 m dan
Ukuran Lingkungan Tembok 10 m x 10 m. Tiang-tiang mesjid terbuat dari
kayu jenis dolken (kayu bundaran) dengan ramuan kaso dan ring dari
cabang-cabang dan ranting kayu dengan diatapi dengan dedaunan dan rumput
alang-alang.
Bekas
mesjid tertua inipun saat ini bisa dijumpai di Togo Lamantanari yang
berjarak ke arah timur dari pemandian Kohondau sekitar 800 meter. Lebih
kurang 80 tahun mereka sejumlah 18 orang ini mendiami Togo Lamantanari
dan akhirnya merekapun semuanya meninggal dunia di tempat ini. Bila
disimak kisah ini cukup sedih dan pilu dimana mereka meninggalkan Persia
untuk selama-lamanya karena tak bisa lagi kembali akibat terputusnya
komunikasi karena ketika itu memang belum ada alat-alat komunikasi
seperti yang terjadi saat ini. Sempat Haji A.Muhammad ceritakan bahwa
beberapa waktu setelah mereka tinggal di Togo Lamantanari meerekapun
didatangai para sanggila atau bajak laut yang ternyata sanggila tersebut
bermukim di pulau Oroho yang tak jauh dari tempat mereka. Mereka tidak
terlalu banyak bergaul dengan para hulubalang dan bajak laut dari pulau
Oroho tersebut mengingat mereka ganas dan orang-orang nekat, namun dari
tahun- ke tahun meraka pun sering diberi bantuan ala kadarnya seperti
bahan makanan, peralatan dapur dan peralatan kebun dan sebagainya.
Berdasarkan tuturan Haji. A.Muhammad
tersebut secara fasih melalui media metafisis kepada Ketua Umum Forkom
KabaLi dapat disimpulkan bahwa Mesjid Tertua di Indonesia terdapat di
Togo Lamantanari desa Liya Togo, kepualauan Wangi-Wangi Kabupaten
Wakatobi, karena Mesjid Lamanatanari ini dibangun sejak tahun 1238
Masehi oleh Haji A. Muhammad dan rombongannya yang merupakan saudagar
asal persia yang terdampar di pulau tersebut akibat kapal dagang yang
mereka tumpangi pecah diselat jawa karena menabrak karang di laut.,
sementara Mesjid lainya dibangun sejak Abad XIII atau tahun 1300 Masehi
di Aceh oleh pembawa ajaran Islam disana. Sebagai tanda-tanda
misterius, dapat diamati ketika kita memasuki waktu untuk shlata Dhuhur
dan Ashar, maka akan terdengar suara azan Dhuhur dan azan Ashar
disekitar lokasi mesjid tua tersebut, Dan anehnya lokasi mesjid tertua
ini memiliki kekuatan ghaib, sebab bila kita mau dengan sengaja
berkunjung untuk melihat lokasi bekas mesjid tersebut maka sulit sekali
untuk kita bisa menjumpainya. Alhamdulilah berkah tuntunan Tuhan YME
sekalipun juga penulis mengalami hal yang sama yakni sulit menjumpai
bekas mesjid tua ini namun setelah penulis lakukan shalat tak jauh dari
lokasinya yakni pada Kota lama Togo Lamantanari maka dengan tiba-tiba
lokasi mesjid tertua ini muncul dan bisa didapatkan.
Masih
diperlukan pendalaman konseptual secara paripurna melalui suatu
penelitian ilmiah yang dilakukan oleh para ahli arkiologis, ahli
antropologis, ahli cultural dan ahli historical countenporer guna
menguak tabir dibalik kisah median metafisis ini. ****
(sumber : www.forkomkabali.blogspot.com yang sudah diolah)
*). Ketua Umum Lembaga KABALI-Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar