Oleh : Ali Habiu
Alhamdulillahi
Rabbil Aalamiin, puji dan syukur senantiasa dipanjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa, Allah Subhanna Wata'alah atas segala limpahan rahmat dan
hidayahnya yang diberikan kepada Badan Pengurus Pusat Forum Komunikasi
Keluarga Besar Liya (FORKOM KABALI) Kendari Sulawesi Tenggara dan kepada
Komunitas Pemuda Pemudi Keluarga Besar Liya (KOMPI KABALI) Kendari atas
dorongan dan petunjuknya sesuai visi dan misi Lembaga ini dalam
melestarikan dan mengembangkan kebudayaan Liya kini sudah mulai
terbukti. Hal ini dimulai dari hasil keputusan rapat pertemuan FORKOM
KABALI pada tanggal 4 Mei 2010 di Kendari dimana salah satunya adalah
segera mengadakan pelatihan seni budaya berupa "HONARI MOSEGA" yang mana
tarian ini sudah mulai funah di Liya karena orang-orang yang ahli pada
tarian ini sudah kebanyakan meninggal dunia dan sisanya sudah mulai uzur
dengan usia di atas 85 tahunan sehingga mereka secara praktis sudah
tidak lagi bisa bergerak untuk menari juga sudah agak pikun hilang
ingatan sehingga juga mereka praktis sudah tidak bisa lagi mengajarkan
dengan baik seluruh konteks gerakan HONARI MOSEGA ini sebagaimana mereka
tarikan dimsa silam. Sementara kadernya yang bertahan tinggal 3 orang
dimana mereka itu yang selama menerima pendidikan tari HONARI MOSEGA
sekitar 4 tahun silam di Liya barulah sempat satu kali mengadakan pentas
yang di gagas oleh Pemerintah Kabupaten Wakatobi. Selain itu celakanya
desa tetangga seperti Mandati mengkleim HONARI MOSEGA sebagai miliknya
padahal mereka sekelompok orang tertentu dipaksa belajar di Liya atas
desakan para tokoh asal Mandati yang saat itu duduk dipemerintahan
Wakatobi untuk alasan pementasan bersama pada ajang pestival Keraton
beberapa waktu lalu yang diadakan di Solo. Akhirnya karena para tokoh
asal Liya yang tinggal di Mandati ini berkhianat terhadap leluhur,
mereka mendapat kutukan nyata "subhanallah" ada yang meninggal mendadak
dan yang lainya turun dari jabatannya diluar dugaan mereka. Memang
percaya atau tidak!!, di desa Laro Togo Liya hingga saat ini masih
keramat dan masih sakral mengandung daua ghaib luar biasa, jika ada yang
coba main-main atau dengan sengaja ingin merusak tatanan budaya leluhur
Liya maka mereka akan kena "bala" yakni semacam kutukan dari para wali
penghuni dalam Laro Togo Liya tersebut. Memang benar sejak zaman dahulu
kala sekitar pertengahan abad XV ada tarian terkenal di Mandati bernama
"MAKANDARA" dimana baik alunan gendang dan gerakannya sangat berbeda
dengan tarian "HONARI MOSEGA" milik Liya dari dinasti para bajak laut
yang berkembang sejak pertengahan abad XI di pulau Oroho yang merupakan
gugusan pulau-pulau bagian selatan desa Liya.
Dalam
melaksanakan amanah agenda keputusan Rapat Pertemuan Pengurus FORKOM
KABALI Pusat Kendari tertanggal 4 Mei 2010 lalu selanjutnya
ditindaklanjuti oleh Badan Pendiri FORKOM KABALI Pusat Kendari yang
terdiri dari : L.M.Ali Habiu, La Ode Marsidi, Umar Ode Hasani, La Ode
Bahrun Sulaiman, Chaeruddin, La Ode Ali Kalau dan La Ode Salagu dan
Ketua Devisi Pelestarian Seni Budaya Edy Sunarno dalam suatu rapat
khusus yang diadakan pada tanggal 7 April 2010 di rumah kediaman Ketua
Umum dengan agenda pembicaraan masalah pencarian dana operasional dan
pencarian pelatihnya. Pada malam itu akhirnya dibuatkan surat pengantar
sumbangan berikut daftar sumbangan dan terkumpul juga sumbangan sebesar
Rp.400.000,-- sambil mengedarkan ke beberapa orang tokoh dari kalangan
pengurus untuk meminmta dukungan dananya. Selebihnya Ketua Umum FORKOM
KABALI akan mencoba mengajukan permintaan sumbangan dana ke teman
sejawat para Pimpro di lingkungan Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum
Provinsi Sulawesi Tenggara dan akhirnya didapatkan dana sumbangan
sebesar Rp.2.200.000,-- yang mana sumbangan ini didapat secara bertahap
hingga tanggal 27 Mei 2010.
Pada
tanggal 20 Mei 2010 Ketua Umum FORKOM KABALI berkoordinasi dengan
Pengurus Cabang FORKOM KABALI WAKATOBI yang berkedudukan di desa Liya
Wangi-Wangi untuk mencarikan seorang guru HONARI MOSEGA dan Penabur
gendangx. Alhamdulillah pada tanggal 21 Mei 2010 Ketua Cabang FORKOM
KABALI WAKATOBI mendapatkan seorang yang bisa melatih sekaligus bisa
menabur gendang HONARI MOSEGA. Dan pada hari sabtu tanggal 22 Mei 2010
pelatih bernama La Alidu datang menuju Kendari dari Wangi-Wangi dengan
menumpang kapal K.M.Aksar dan tiba di Kendari pada pukul 19.00 WIT yang
langsung dijemput oleh Ketua Umum FORKOM KABALI Kendari. Keesokan
harinya mulai jam 16.00 WIT bertempat dipelataran rumah kediaman La Ode
Ali Kalau dilakukanlah pelatihan HONARI MOSEGA dengan diikuti oleh para
bapak-bapak dari pengurus FORKOM KABALI juga adik-adik Mahasiswa yang
tergabung dalam KOMPI KABALI Kendari. Pelatihan dilanjutkan kemudian
pada hari Selasa pada tempat yang sama dan didapatlah dua orang yang
sangat berbakat untuk menari HONARI MOSEGA yakni Mahasiswa STIMIK
bernama Ady, untuk penari MANU-MANU dibawakan oleh Calon Mahasiswa STAIN
bernama Rachman dan Pembawa Bendera seorang Mahasiswa UNHALU bernama La
Ode Ba'Bur sedangkan tabur gendang di kuasai oleh wakil sekretaris
FORKOM KABALI yakni La Ode Ali Ahmadi,S.Sas. Setelah empat hari lamanya
berlatih hingga hari Kamis tanggal 27 Mei 2010 ke empat orang ini antara
lain 1 orang Penari HONARI MOSEGA, 1 orang penari MANU-MANU dan 1 orang
PENABUR GENDANG dan 1 orang PEMBAWA BENDERA menurut penilaian pelatih
la Idu cukup menguasai dan dapat tampil pada peragaan yang akan
dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 30 Mei 2010 di Haeba Dalam
Kendari.
Pada
hari Minggu tangal 30 Mei 2010 tepatnya Jam 16.00 acara atraksi HONARI
MOSEGA dumulai dengan acara antara lain pengantar dari Ketua Umum
FORKOM KABALI dan selanjutnya di buka oleh Ketua Kekar Liya Kendari
yakni Bapak Ir.H.La Ode Ganiru,M.Si sekaligus memberikan
sambutan-sambutan nya. Dalam acara atraksi HONARI MOSEGA yang bertempat
di halaman rumah kediaman Drs. La Ode Rahim tersebut cukup meriah karena
dihadiri oleh sebagian dari para tokoh Liya serta Keluarga Besar Liya
dengan memberikan aplaus begitu meriah dan penuh kegembiraan.
Mulai
dari hari Rabu hingga Kamis Ketua Umum FORKOM KABALI sibuk mencari
donatur untuk menyumbang perlengkapan kostum, tongkat, bendera dan
gendang serta aksesoris lainya dan alhamdulillah pada hari Satu tanggal
22 Mei 2010 semua perlengkapan telah selesai diadakan tinggal baju SARA
yang akan dipakai oleh penabur gendang dan penari Bendera nanti keesokan
harinya yakni Minggu tanggal 23 Mei 2010 pagi baru dapat diterima.
APA ITU HONARI MOSEGA?
HONARI
MOSEGA adalah tarian perang asli asal Liya yang dahulu kala dijadikan
sebagai tarian pengintai musuh (baca:Intelijen) yang diperkirakan mulai
terjadi sejak pertengahan abad XI di pulau Oroho. Tarian ini dahulu kala
dikembangkan oleh para Hulubalang dan Bajak Laut yang bermukim di pulau
tersebut dalam rangka mempertahankan wilayah kekuasaan mereka dari para
musuh yang akan memasuki daratan. Dan pengintaian ini akan nampak pada
pasukan pengawal sejumlah 40 orang yang seluruhnya membawa tombak dengan
hulu tajam, yang mana dikomandoi oleh seorang pembawa bendera berwarna
kuning dengan memakai topi yang berhiaskan cermin. Antara isyarat yang
diberikan oleh gerakan HORANI MOSEGA dengan prajurit pengawal 40 orang
ini merupakan suatu kesatuan komando yang dinampakkan pada saat
penghormatan para panari tersebut.
Dalam
lingkungan keraton Liya penari HONARI MOSEGA ini pertama-tama menghadap
ke Mesjid Agung Keraton Liya dan memberi hormat, kemudian setelah itu
mulai teriak dan menari samnil membuka penghormatan arah Makam Leluhur
sebelah utara dan melanjutkan gerakan tarian arah selatan dan diujung
memberi hormat para penduduk dan kemudian melanjutkan kerakan menuju
makam leluhur kembali sambil memberi hormat terakhir dilanjutkan
bergerak menuju arah Baruga (tempat pertemuan Raja) dan menyerahkan
katompide ditamsilkan barat mayat seorang yang sudah ditombak.
Katompide
ditaruh ditanah sambil di beri perhatian 3 kali apakah mayat ini masih
bergoyang atau tidak dan terus diawasi dengan bergerak mundur memutar
melingkar dan maju kembali untk menonbak sambil mengambil tangkisan
tersebut dan meloncat teriak dan berpaling dan menuju ke arah mesjid
menombak sambil memutar dan terakhir memberi hormat.
Pada
masa lalu sering tarian HONARI MOSEGA ini diserta dengan Makandara,
yakni setelah penari memberi penghormatan terakhir, lalu masuklah
pasulan SARA sebanyak 40 orang yang mengawal HONARI MOSEGA ini lalu
mereka Makandara melakukan gerakan-gerakan silat layaknya peperangan
melawan musuh lalu dilakukannya penikaman antara sesama pasukan dengan
senjata tombak dan keris namun kesemua perlakuan ini tak ada satupun
yang cedera dimakan oleh senjata tombak atau keris. Pada kondisi
demikian ini seluruh warga Liya yang sedang menonton semuanya lari kocar
kacir menyembunyikan diri karena mereka merasa takut melihat
ujung-ujung tombak yang dihantamkan pada dada atau perut seseorang
dengan diserta bunyi namun orang yang ditombak tersebut tidak dimakan
senjata tombak ibarat bunyi gemercingan besi diterima oleh tubuhnya.
Namun perlakuan Makandara semacam ini masa kini sudah tidak lagi bisa
dipakai mengingat ilmu-ilmu kebal sudah mulai agak funah di Liya dan
Sara yang mempunyai kemampuan untuk mengatasi mara bahaya dari kagiatan
ini sudah pada meninggal dunia.
Dalam
tarian aslinya simbol-simbol gerakan diciptakan dengan tujuan dan
mksud-maksud tertentu dan ketika itu hanya para perajurit pengawal 40
orang dan para hulubalang dan bajak laut yang mengetahui isyarat-isyarat
itu untuk pemberian sebuah komando apakah menyerang atau menyambut
lawan dengan baik.
Inilah
Tarian HORANI MOSEGA dalam pengertian dalam bahasa Indonesia sebagai
TARIAN PERANG atau TARIAN ORANG BERANI yang menjadi kebanggaan leluhur
Liya dan memiliki nilai budaya dan sejarah yang tinggi saat ini perlu
dilestarikan dan dikembangkan. Tari asli HONARI MOSEGA ini penari
utamanya memakai topi TALO-TALO dalam pemesanan.
Sumber : forkomkabali.blogspot.com
by
at 3:57 pm
Labels: tarian horani mose
Tidak ada komentar:
Posting Komentar